Pages

Subscribe:

Sabtu, 17 Mei 2014

Bukankah Bumiku juga Milikmu?

Oleh: Paisal Salman Alparidji
Bumiku (Ilustrasi)

Semakin hari semakin renta saja bumi tempat kita berpijak ini. Kita sebagai manusia satu-satunya makhluk di bumi yang mempunyai akal sempurna bertanggung jawab penuh atas apa yang terjadi di bumi. Selain bertambah tua bumi juga semakin penuh, manusia secara terus menerus bereproduksi. Akibatnya adalah berkurangnya lahan hijau, dimana-mana dibangun rumah atau bangunan. Hutan yang memiliki peran sebagai paru-paru bumi juga berkurang fungsinya, bumi semakin panas.

Kita tidak bisa berpangku tangan atas apa yang terjadi, kita harus mulai merawat bumi dari hal yang kecil. Misalnya menghemat energi dengan mematikan listrik saat tidak digunakan, menghemat kertas, dan tidak menggunakan plastik untuk barang yang masih bisa dibawa sendiri.

Tahukah kalian berapa pohon yang digunakan untuk membuat kertas? Kebanyakan kertas dibuat dari pohon pinus, satu pohon bisa menghasilkan 80.500 lembar kertas. Untuk membuat satu ton kertas dibutuhkan 13 batang pohon besar, 400 liter minyak, 4.100 Kwh listrik dan 31.780 liter air (Forum Hijau Indonesia). Terlalu banyak energi yang dibuang jika kita terus-terusan boros kertas.


Salah satu contoh pemborosan kertas adalah penggunaan nota di minimarket, karena kebanyakan pihak perseorangan langsung membuang nota tersebut kedalam tong sampah. Sangat disayangkan sekali peraturan minimarket di Indonesia. Di luar negri khususnya negara maju, para kasir akan menawarkan apakah perlu menggunakan nota atau tidak. Sungguh miris dengan apa yang terjadi di negara kita ini.

Tidak berhenti sampai di situ saja, plastik juga masih menjadi sampah yang mencemari lingkungan. Plastik keras hanya dapat terurai dalam waktu 50-80 tahun, sedangkan botol plastik tidak dapat diperkirakan waktu terurainya. Kita bisa mengurangi penggunaan plastik dengan cara membawa kantong atau tas sendiri dari rumah. Biasakan juga saat berbelanja kebutuhan dalam jumlah kecil untuk tidak meminta plastik. Keputusan beberapa minmarket yang memisahkan antara barang yang makanan dan non-makanan dengan plastik berbeda juga sangat disayangkan. Apakah mereka pikir ini akan membahayakan? Tidak, kecuali barang-barang tadi masuk ke dalam mixer atau molen semen dengan guncangan yang sangat kencang.

Seperti yang terjadi pada kasus kertas sebelumnya, kasus plastikpun terjadi di beberapa minimarket di Indonesia. Di beberapa negara penggunaan plastik akan dikenai biaya tambahan, sedangkan di sini kita bisa minta sebanyak apapun yang kita mau. Padahal nantinya plastik itu juga akan dibuang begitu saja. Coba bayangkan jika dalam satu keluarga membawa pulang satu buah plastik setiap harinya. Kalikan 1 plastik x 4 orang x 30 hari = 120 plastik. Itu baru satu keluarga, jika dalam satu dusun terdapat 30 KK berarti dalam satu tahun ada kurang lebih 1.296.000 sampah plastik!

Maka dari itu mari kita jaga bumi ini mulai dari hal yang kecil dengan menghemat kertas dan plastik. Hal kecil dari kita berarti besar untuk bumi. Tidak usah kita ribut berdebat siapa yang salah atas kerusakan bumi, bumi ini milikku dan juga milikmu yang mana harus kita jaga bersama. Sedikit mengutip dari perkataan Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya Bumi Manusia : “Berterimakasihlah pada segala yang memberi kehidupan.” Menjaga bumi adalah salah satu cara kita untuk mengucap syukur kepada Yang Maha Memberi kehidupan!

0 komentar:

Posting Komentar